Indragiri Hulu - Indonesia selain dianugrahi bentang alam yang indah, Nusantara juga diberikan keberagaman hayati. Salah satunya beragamnya pilihan makanan pokok, termasuk sorgum, bijian tinggi protein yang bisa jadi pengganti beras.
Data terbaru dari Bahan Ketahanan Pangan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, serta 110 jenis rempah dan bumbu.
'' Keberagaman sumber pangan tersebut membuat Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di dunia setelah Brasil,'' demikian disampaikan Pendamping Desa Kecamatan Batang Gansal Moh Tahsis S.Pd.I, pada saat menilik tanaman sorgum di Desa Danau Rambai.
Lanjut dia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sorgum adalah tanaman yang termasuk dalam suku graminae, memiliki tinggi batang hingga 6 meter. Perbungaannya berupa malai, buahnya berupa butiran bulat atau hampir bulat, dan ukurannya lebih kecil daripada biji jagung.
Sementara merujuk pada Wikipedia, sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan (serealia, sirup), pakan ternak, dan bahan baku industri (alkohol, biofuel).
Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.
Disebutkan, biji sorgum kaya akan nutrisi. Sorgum juga kaya kandungan niasin, thiamin, vitamin B6, juga zat besi, dan mangan. Bahkan, kandungan protein, vitamin, dan mineralnya lebih tinggi daripada beras. Secara keseluruhan, nutrisi sorgum mirip dengan nutrisi havermut yang banyak ditemukan pada oatmeal.
Dr Mamoudou H Dicko dan kawan-kawan dari Food Enzymology and Biotechnology, Universitas Ouaga, Burkina Faso, Afrika Barat, dalam penelitian berjudul “Phenolic Compounds and Related Enzymes as Determinants of Sorghum for Food Use” tahun 2006 juga menyatakan, tanaman sorgum termasuk tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi tinggi, meliputi karbohidrat, lemak, kalsium, besi, dan fosfor.
Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya di Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, sering ditanam oleh petani sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman lainnya. Bentuk pohonnya sendiri menyerupai jagung dengan biji berbentuk bulat kecil. Dataran Afrika dipercaya sebagai asal tanaman ini.
Dibanding nasi alias beras, sorgum diklaim jauh lebih unggul dalam hal nilai gizi. Data Departemen Kesehatan RI mencatat bahwa sorgum memiliki kandungan protein, kalsium, zat besi, fosfor, dan vitamin B1 yang lebih tinggi dibanding beras.
Sorgum juga diklaim baik dikonsumsi penyandang diabetes lantaran kandungan gulanya yang rendah. Bagi mereka yang tengah melakoni diet, sorgum juga bisa jadi kawan bersantap yang ideal. Perut terasa kenyang lebih lama karena kandungan seratnya yang tinggi.
Di samping pangan, sorgum juga menyimpan aneka manfaat lain seperti sebagai pakan ternak, energi, serat, pupuk, obat-obatan, dan sesuatu yang menyenangkan. Sebagai pakan ternak, batang dan daun sorgum bisa menjadi santapan sehat bagi sapi, kerbau, kambing, dan domba.
Sebagai energi, batang dari beberapa jenis sorgum dapat diolah menjadi etanol. Batang ini diketahui menghasilkan nira yang kemudian diolah menjadi gula atau sirup. Nira kemudian difermentasi dan mengalami proses distilasi sehingga menjadi etanol 95 persen.
Sementara sebagai serat, tanaman bernama latin Sorghum bicolor ini bisa difungsikan sebagai bahan baku industri kertas dan papan partikel meja atau dinding. Sebagai pupuk, semua bagian sorgum diketahui bisa digunakan sebagai bahan pupuk organik.
Tak perlu pusing memilih lokasi penanaman sorgum. Tanaman ini bisa tumbuh di daerah kering dan minim unsur hara. Bahkan, sorgum bisa bertahan di tanah dengan kandungan garam tinggi termasuk di pinggir pantai.
Toleransi sorgum terhadap kekeringan disebabkan karena pada endodermis akar sorgum terdapat endapan silica, yang berfungsi mencegah kerusakan akar pada kondisi kekeringan.
Sorgum juga efisen dalam penggunaan air karena didukung oleh sistem perakaran sorgum yang halus dan letaknya agak dalam, sehingga mampu menyerap air cukup intensif, papar Kepala Madrasah MAK Adzqia ini menutup.
Sementara itu tanaman sorgum sendiri khususnya di wilayah Indragiri Hulu, baru dikembangkan oleh seorang petani yang juga pengusaha yaitu bapak Yasman di Desa Danau Rambai, Kecamatan Batang Gansal.
Yasman menyebutkan, kenapa ia tertarik untuk membudidayakan tanaman sorgum ini? Karena selain yang sudah dijelaskan oleh bapak Tahsis dengan secara deteil, ia juga ingin mengdongkrak perekonomian para petani khususnya yang berada di wilayah kecamatan Batang Gansal ini, dengan cara membudidayakan tanaman ini.
Selain itu ia juga ingin meningkatkan ketahanan pangan khususnya di Kabupaten Inhu ini.
''Saya optimis tanaman ini apabila dikembangkan dan dibudidayakan di daerah kita ini, bisa mengdongkrak perekonomian kita. Karena perawatan sorgum ini tidak terlalu rumit dan biaya perawatan sangat efesien,'' jelasnya.
Dan untuk pemasaranpun, dari hasil panen para petani kita siap menampung dan memasarkannya.''Sebagai percontohan saya pribadi telah menanam sorgun dengan jenis Bio Guma seluas kurang lebih 0,8 hektar atau 1 hektar kurang, dan Insya Allah akhir bulan November ini sudah siap panen,'' imbuhnya.
Lanjut dia, jika dibandingkan dengan tanaman jagung, lebih menguntungkan sorgum. Karena sorgum tidak membutuhkan air yang banyak dan biaya operasional petani lebih rendah.
Selain itu, harga jual hasil panen sorgum juga lebih baik dibandingkan dengan jagung. L
Hasil tonase jagung memang lebih banyak namun biaya operasionalnya juga lebih mahal, karena pemupukan dan pengairannya lebih banyak.
Sedangkan untuk sorgum, biaya pemupukan dan operasionalnya rendah.
Dengan budidaya tanaman sorgum petani belum tentu melakukan pencabutan rumput, namun untuk tanaman jagung wajib. Sehingga biaya operasionalnya lebih tinggi budidaya tanaman jagung.
Hasil sorgum rata rata per hektera 5 ton, sedangkan jagung bisa mencapai 7 hingga 8 ton. ''Namun biaya operasional sorgum rendah yaitu di kisaran Rp 2 hingga 5 juta, sementara biaya operasinal jagung 8-10 juta per hectare,'' jelasnya.(sur)